Berdasarkan riset dan hitung-hitungan yang sudah dilakukannya, Irwan Ary Dharmawan, fisikawan dari Universitas Padjadjaran Bandung, menyarankan sel-sel bakar (fuel cell) menggunakan media berporositas rendah sebagai anoda ataupun katodanya. “Peningkatan polarisasi gasnya jauh lebih tinggi dengan media ini daripada yang porositasnya tinggi,” katanya.
Irwan keluar dengan kesimpulan itu setelah melakukan simulasi difusi beberapa macam gas sekaligus dalam geometri yang kompleks. Sayang, output berupa saran itu diberikannya kepada para ahli teknik kimia yang sedang bereksperimen dengan fuel cell di negara tetangga, Singapura.
Irwan mengungkapkan pengalaman penelitiannya itu dalam Konferensi Komputasi dan Fenomena Nonlinear yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kemarin. Untuk pertama kalinya, konferensi itu menggabungkan pertemuan tahunan “Workshop on Computational Sciences” dan “Workshop on Nonlinear Phenomena” yang masing-masing diselenggarakan sejak 2004 dan 2006.
Laksana Tri Handoko, ketua panitia konferensi, menyatakan selama ini fenomena-fenomena nonlinear yang mendominasi sampai 99 persen kehidupan manusia (seperti pergerakan saham dan kemacetan lalu lintas) membutuhkan komputer dan pendekatan numerik–bukan analitik–sebagai penyelesaiannya. Sedangkan sains komputasi meliputi proses konstruksi model matematis dan teknik solusi numeriknya membutuhkan algoritma kalau ingin diolah lebih jauh. “Keduanya, fenomena nonlinear dan komputasi, saling terkait,” kata peneliti di Pusat Penelitian LIPI itu.
Selain pengembangan sel bakar, kolaborasi kedua ilmu itu, ditambah dengan teknik komputasi, juga akan mudah sekali terlihat misalnya pada pengembangan teknologi komunikasi via kabel optik. Komunikasi yang mengandalkan gelombang cahaya ini, menurut Handoko, termasuk nonlinear. “Riset-risetnya di antaranya berguna untuk mencari teknik dan material yang efisien tapi murah,” ujarnya.
Ada pula aplikasi untuk pengembangan di bidang teknologi nuklir. “Konferensi seperti saat ini diharapkan menjadi pemicu aktivitas riset yang terpadu untuk mengejar ketertinggalan kita yang bisa berdampak serius terhadap bidang-bidang lainnya di masa mendatang,” tutur Handoko.
Mulai tahun depan, Handoko menginformasikan, konferensi juga berencana mempersatukan bidang ilmu fisika teori.